Sepenggal Kisah Perjalanan Kami

Saturday, May 30, 2009

Melihat Seni Budaya Indonesia di Luar Negeri

Tak terasa, kurang lebih setahun saya tinggal di Atlanta, ibu kota Negara bagian Georgia, Amerika. Saya datang ke sini bersama anak saya yang masih berusia dua setengah tahun saat itu untuk menyusul suami yang tengah tugas belajar di Universitas Emory. Selama rentang waktu setahun, banyak pengalaman yang saya dapatkan, mulai soal perjalanan pertama ke luar negeri yang sangat melelahkan (dua puluh enam jam), kehidupan keseharian masyarakat Amerika, budaya mereka, pergaulan, makanan, tehnologi dan lain sebagainya. Senang, sedih, rindu kampung halaman, ingin makan bakso, mie ayam, rujak dan makanan khas lain serasa menggoda setiap melihat berita tentang Indonesia. Meski demikian, rasa itu sedikit terobati karena beberapa bahan makanan dan makanan ala Indonesia dapat dibeli di supermarket atau farmer market. Demikian, kita sempat menyaksikan pertunjukan seni dan budaya Indonesia dalam berbagai event, sungguh obat mujarab pelepas rindu. Salah satu event itu, yang menjadi focus tulisan pendek ini, adalah penampilan lagu dan tembang Jawa dan Sunda di Gedung Pertunjukan Seni Universitas Emory. Yang lebih heboh lagi, tidak ada satupun para pemainnya berasal dari Indonesia. Tapi penampilan mereka tidak kalah dibanding dengan misalkan kita mendengarkan pertunjukan langsung di Indonesia. Baru kali ini saya merasa benar-benar sebagai orang Indonesia setelah mendengar dan menikmati suguhan budaya seni dan tembang di Amerika.

Pada saat itu, seusai shalat Maghrib saya dan keluarga bergegas menuju kampus Emory University. Pertunjukan dijadwalkan mulai pukul 7 malam, dan kita telat sedikit. Akibatnya harus rela duduk dideratan paling buntut. Tak disangka antusiasme penonton begitu tinggi, baik dari kalangan dosen, mahasiswa, pegawai dan beberapa masyarakat umum. Maklum gratis, jadi membludak. Setelah duduk sejenak, ketua rombongan pentas yang juga seorang professor musicology memberi sambutan pendek mengenai group seni yang dia pimpin dan menu-menu yang akan disuguhkan malam itu. Tak berapa lama berselang, penampilan pertamapun dimulai. Ning…nong…ning…gung…begitu bunyi gong and perlatan musik ditabuh. Sungguh takjub ketika saya menyaksikan kendang, rebab, gambang, gong dan seruling bamboo dimainkan oleh mereka yang notabene adalah orang asing. Intro tersebut sungguh menggugah bayangan kembali ke masa kerajaan-kerajaan kuno zaman dahulu. Tampilan kedua adalah duo yang melantunkan tembang Sunda berjudul “Kelangkang”. Bagi peminat lagu sunda, pasti tahu lagu ini dan yang penasaran, bisa melihat life show-nya lewat youtube (klik di sini http://www.youtube.com/watch?v=muqSh6hiDvI&feature=related). Sementara tembang lain yang dinyanyikan adalah “Sekar Manis”, dan bisa juga diakses lewat youtube (http://www.youtube.com/watch?v=0XACzqNcZN4&feature=related). Mereka sangat mahir memainkan alat alat musik tersebut. Sang penyanyi pun sangat fasih melantunkan bait demi bait lagu lagu Sunda dan Jawa dengan diiringi musik gamelan. Saya pun merasa sangat bangga karena kesenian tradisional Indonesia telah dikenal hingga ke mancanegara.

Akan tetapi, selain rasa bangga terbesit pula rasa sedih dan malu pada diri sendiri. Sedih dan malu karena saya warga Negara Indonesia yang memiliki kesenian tersebut cuma jadi penonton bukan lakon. Sebagai anak bangsa Indonesia, seharusnya saya yang memperkenalkan keindahan musik gamelan tersebut kepada dunia. Namun saya akui bahwa saya sendiri tidak bisa memainkan alat alat musik tradisional tersebut, miris bukan?

Seperti yang telah kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya. Di setiap daerah, pasti dapat kita jumpai kesenian yang merupakan ciri khas daerah tersebut. Sebagai contoh di Ponorogo terdapat kesenian reog, di Bali terdapat tari legong, di Jawa Timur terdapat Tari Remong dan sebagainya. Kesenian dan kebudayaan Indonesia yang beragam merupakan aset yang seharusnya dilestarikan. Namun yang terjadi saat ini, kesenian dan kebudayaan kita justru mengalami keterpurukan karena pengaruh modernitas. Generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa, merasa malu untuk memperdalam tradisi dan budaya bangsa mereka sendiri. Mereka cenderung memilih budaya luar yang belum tentu membawa pengaruh positif.

Di masa sekarang ataupun masa yang akan datang tanggung jawab untuk mengembangkan dan melestarikan warisan leluhur tersebut bukanlah ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah, tetapi oleh masyarakat, dalam hal ini mereka para pelaku seni, pecinta seni, pekerja seni dan pemerhati seni serta lainnya agar kesenian dan budaya tersebut tidak hilang atau musnah di telan zaman.

Teutama saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi muda tidak mau menpelajarinya bahkan mungkin mereka sudah tidak lagi mengenal seni dan budaya sendiri. Hal ini terbukti dengan semakin menurunnya minat generasi muda untuk melihat dan menikmati pagelaran kesenian tradisional.

Hal ini justru berbanding terbalik jika luar negeri, banyak orang Luar yang begitu antusias mempelajari kesenian tradisional Indonesia. Dengan semangatnya, mereka menggeluti dunia batik, mempelajari beraneka ragam tari tradisional, mempelajari wayang. Seperti pengalaman yang telah saya ceritakan di atas. Mereka (mahasiswa Emory jurusan Seni) dengan getol belajar memainkan alat musik tradisional kita, hingga mampu menampilkan sebuah pagelaran seni ke hadapan penonton yang mayoritas adalah warga Negara Amerika.

Sungguh ironis memang, akankah suatu saat nanti justru Bangsa Indonesia yang akan mempelajari seni dan budayanya sendiri dari orang luar? Hal Ini memang membutuhkan perhatian yang sangat serius, pengenalan akan seni dan budaya tradisional harus dilakukan sejak dini, hal ini untuk menghindari punahnya seni dan budaya warisan leluhur. Kita sebagai generasi muda harus segera bangkit untuk tetap menjaga dan melestarikan seni budaya yang merupakan warisan para leluhur. Jangan sampai seni dan budaya bangsa Indonesia diklaim oleh bangsa lain. Ingat kasus lagu “Rasa Sayange” yang diklaim oleh Malaysia. Konon, Reog Ponorogo pun juga mau dianggap sebagai bagian dari budaya mereka. Kadang kita tidak atau kurang peduli dengan warisan leluhur dan baru kelabakan ketika tiba-tiba kekayaan budaya hilang atau menjadi milik orang lain.

*Note: Tulisan yang hampir sama pernah aku tulis disini. Karena ingin mencoba membuat postingan dengan serius, makanya aku tulis lagi dengan versi yang berbeda

31 comments:

  1. Orang luar mempelajari budaya indo, sedangkan orang indo mempelajari budaya luar. ini kan semacam rasa penasaran ya? hehe

    ReplyDelete
  2. jangankan kebudayaan, makanan/menu tradisional aja udah banyak yg ditinggalkan sekarang. Orang2 rame2 makan European food, Japanese food, Chinese food dll.
    anak kecil sekarang aja sudah gemar makan burger, pizza, dll hehehe
    tapi kata orang itulah perkembangan jaman...
    hmmmm....

    ReplyDelete
  3. :D idem ama mamanya nduk jija. iya ya mbak kok diriku ini sbagai anak bangsa malah gak bisa main alat musik tradisional yah, kalo nyanyi lagu daerah insyaAlloh masih banyak lagu daerah yg masih hapal hingga sekarang.
    apa karena sedari kecil diirku mang gak pernah belajar main alat musik. hiks... menyedihkan

    ReplyDelete
  4. bener bgt tu,,
    sekarang hegemoni budaya barat udah begitu mngena secara merata di ranah publik kita
    misalnya nih budaya kulit putih.
    itu kan milik eropa?? tapi sekarang byk yang berpandangan kulit asli kita, sawo matang, kurang menarik..
    padahal disitulah ciri khas kita sebagai bangsa indonesia..
    hiks..hiks...

    ReplyDelete
  5. ya.. bener .. kita harus bangga sebagai bangsa yang besar..
    btw tukeran link jadi loh.. yg www.alimasadi.com aja... yg lain cuman buat mancing adsense doang kok.. link Lala udah kepasang loh.. chek aja di www.alimasadi.com

    ReplyDelete
  6. bisa nulis serius jg ya,,, hebat....

    ReplyDelete
  7. hooh...saat orang bule belajar gamelan , saya malah gak bisa :(

    ReplyDelete
  8. dibandung orang orang jepang terpana, karena mahasiswa mahasiswa sastra jepang memainkan teater merah darah bubat (menceritakan tentang perang majapahit pajajaran) dalam bahasa jepang

    ReplyDelete
  9. yaaah anak muda sekaerang memang aneh... kadang kalo aku dengerin lagu suara gamelan malah pada protes... sukanya malah kangen band, dkk...

    *perasaan enakan dengerin suara gamelan daripada kangen band...*

    ReplyDelete
  10. bener ya mba.. kita terlalu cuek dengan kekayaan yang di miliki oleh Indonesia.. padahal mbludak lho! jadi malu

    ReplyDelete
  11. Aku juga bangga tapi sekaligus sedih ,Mbak. Satu sisi bangga budaya kita dipelajari bangsa lain tapi disisi lain sedih karena saya sendiri pernah belajar karawitan tapi terus mandek, ibaratnya baru dua pukulan kenong lantas berhenti.

    Lebih lagi kalau ngliat wayang, kesenian dengan cita rasa yang sangat tinggi itu sekarang menjadi kurang familiar ditelinga generasi kita

    ReplyDelete
  12. senang sih...
    sedih juga sih...

    senengnya...ya karna budaya kita begitu banyak penggemarnya,sampe2 bule2 pun seneng n lihai memainkannya :D...
    sedihnya...ya karena saya juga sebagai WNI sama sekali ga bisa meminkan alat musik itu... :(

    tapi kita juga harus bangga donk...
    budaya kita begitu banyak yg mengaguminya...
    tinggal sekarang bagaimaa kitanya aja...
    kita sebagai anak bangsa juga harus membantu MENDIKBUD untuk melestarikannya dunk :D...

    post yg menarik mba...
    lam kenal yah :D

    ReplyDelete
  13. Kacian jadi keinget memori diindonesia yaa neng?? Ternyata kesenian kita begitu lekat diamrik yaa entah itu sebagai menjalin hubungan antar kedua negara atau untuk mengambil hak cipta seperti yang dilakukan malaysia?? sungguh memilukan bila kebudayaan kita harus 'disedot' oleh negara lain

    ReplyDelete
  14. wah saya ikut-ikutan malu mba, orang2 bule yang rajin banget belajar budaya kita, malahan saya sendiri udah lupa :((

    ReplyDelete
  15. terkadang kita baru menyadari betapa hebat negara kita dengan segala bentuk kehidupan didalamnya kalau kita dah secara tidak langsung jarang bersinggungan langsung, contohnya yah berada di negara orang.

    ReplyDelete
  16. hidup budaya indonesiaaaa......!!!!!!!!
    tp jgn lupa pelajarin ya hgn cm bangga,,
    nanti klo dah di akuin aja baru ngaku2 ya ngga bu?
    hehehheheee....

    ReplyDelete
  17. aku bangga jadi anak INDONESIA,,hehehe

    ReplyDelete
  18. Ada juga baca postingan sahabat blogger yang belajar membati diMalaysia. bukannya Batik asli Indonesia?
    jadi miris dengan kondisi bangsa

    ReplyDelete
  19. sayang bukan orang kita yang main yah?
    bener mbak, kadang kita malah bangga mempelajari hal2 yang kebarat-baratan...
    makasih sharingnya.

    ReplyDelete
  20. Waahhh mbak kayanya orang muda di Indonesia-nya malah males tuh belajar seni tradisional ... sayang banget ya.

    Hhmmm...lagu Kalangkang ... "mungguhiiiinggg... dina impenan." I always love Sundanese song :)

    ReplyDelete
  21. budaya indonesia lama kelamaan luntur oleh perkembangan bangsa
    disatu sisi orang luar malah mempelajari budaya kita.. anehhh emang orang indo

    ReplyDelete
  22. jangan mpe kita belajar seni budaya sendiri melalui bangsa lain.
    kita adalah pemilik seni budaya Indonesia
    mari kita jaga bersama

    ReplyDelete
  23. iya ya...
    mungkin sudah saatnya kita harus benar benar aware sama kebudayaan kita sendiri.
    nanti setelah di colong Malaysia, baru kalang kabut!

    ReplyDelete
  24. Hm, kl udah begini, emang jd ajang kita merenung ya mbak? Nti kl dah ilang baru kerasa deh...

    ReplyDelete
  25. anak muda sekarang mah lagi keranjingan band ama budaya pop...kadang2 eneg juga sih ngeliat banyak band yang ga mutu nongol di TV, apalagi kalo ngeliat sinetron, malah bikin gua tambah emosi...gara2 ceritanya ya ga mutu...

    ReplyDelete
  26. yahhhh... begitulah anak-anak sekarang.. mereka sudah melupakan budayanya sendiri,,, malah mereka asyik-asyiknya belajar budaya asing dengan sangat serius,,,,
    saya rasanya mau nangis, ketika melihat salah seorang teman saya begitu mendalami kebudayaan jepang,, dan ketika saya tanyakan tentang kebudayaan Indonesia, dia malah tidak tahu sama sekali..

    ReplyDelete
  27. kalo gitu mulai sekarang, kita promosikan budaya bangsa sendiri, kita kenalkan pada anak-anak kita, nggak harus muntut kita bisa, yg penting kita tahu, bahwa itu milik kita. dan kita harus bangga karena orang luar mencintai apa yg kita miliki.

    ReplyDelete
  28. mereka itu mencintai aspek budaya masyarakat kita (Indonesia), mereka memanfaatkan, menghargai dan menjadikannya sebagai pelajaran, untuk ilmu pengetahuan, dan hiburan atau kesenangan,serta sekaligus motivator yang membuahkan ketrampilan dalam memainkannya. Syukur, kekayaan budaya kita sudah mendunia. Sesuatu yang harus diwaspadai jangan sampai ada bangsa lain yang mengklaim kekayaan budaya kita sebagai milik bangsanya.

    ReplyDelete

Sopan dan Santun dalam berkomentar, disukai banyak teman...
Terima Kasih ^_^

© The Journey